Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Pemanasan Global: Penyebab, Dampak, dan Cara Menanggulanginya

Pemanasan global (global warming) adalah peristiwa meningkatnya temperatur atmosfer, laut, dan daratan di bumi. Peningkatan temperatur ini berupa perubahan suhu, curah hujan, tekanan udara, angin, dan kelembaban lantaran terjadinya pemanasan global. Hingga saat ini, bumi mengalami pemanasan yang cukup signifikan. Berdasarkan penelitian para ahli, temperatur di bumi kita meningkat dari 15 derajat Celsius jadi 15,6 derajat Celsius.

Pemanasan global ini pernah diukur satelit badan meteorologi yang menunjukkan bahwa tahun 1957 adalah waktu terhangat di bumi setelah tahun 1980 serta waktu terpanas terjadi di tiga tahun setelah 1990. Peningkatan panas bumi ini menyebabkan penguapan yang tinggi serta curah hujan turun secara tidak teratur pada 2007. Meski secara perhitungan kuantitatif pemanasan bumi ini tidak besar, tetapi dampaknya cukup besar bagi lingkungan di bumi.

Itu sebabnya, pemanasan global menyebabkan perubahan iklim secara ekstrem, permukaan laut yang naik, kerusakan lingkungan dan ekosistem serta mempengaruhi ketersediaan air bumi. Berdasarkan laporan Intergovernmental on Panel Climate Change, per dasawarsa suhu global mengalami kenaikan 0,3 derajat Celsius. Hal ini terlihat, misalnya, pada tahun 1890 suhu rata-rata 14,5 derajat Celsius, sedangkan pada 1980 suhu naik jadi 15,2 derajat Celsius. Menurut pengamatan ahli klimatologi, diperkirakan pada 2030 - 2050 suhu tingkat global naik 1,50 - 4,5 derajat Celsius.

Pengertian Pemanasan Global: Penyebab, Dampak, dan Cara Menanggulanginya
Photo by Markus Spiske from Pexels

Akibat kenaikan suhu global tersebut, gletser di kutub utara maupun selatan mencair. Dampak buruk dari pencairan kutub itu dapat meningkatkan permukaan air laut. Apabila terjadi kenaikan Co2 mencapai 2-4 kali dalam rentang 100 tahun, maka permukaan air laut akan naik 0,25 meter.

Kita ketahui bahwa kerusakan pada ekosistem dan lingkungan ini seperti peristiwa berantai dan tidak dapat selesai jika tidak diantisipasi sesegera mungkin. Dampak kenaikan air laut secara nyata dapat kita lihat pada pulau-pulau kecil yang tenggelam, kerusakan hutan mangrove, dan banjir pada lokasi yang dekat pantai.

Masalah-masalah pemansan global yang terjadi di kota-kota besar adalah gas rumah kaca yang dapat mempengaruhi iklim di bumi secara global. Oleh karena itu, kita harus menjaga bumi agar menjadi tempat tinggal yang nyaman ditempati serta aman bagi semua. Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk membantu menyelamatkan bumi antara lain:
  • tidak membuang sampah sembarangan yang mengandung gas metan
  • hemat energi
  • tidak menggunakan kulkas/AC yang bahan freonnya CFC
  • mengolah sampah menjadi kompos
  • menggunakan bahan bakar yang dapat diperbarui/bahan bakar nabati
  • melakukan penghijauan di lingkungan rumah
  • menggunakan teknologi yang ramah lingkungan
Setelah secara singkat kita pahami pengertain pemanasan global, Zhinkadiary.com akan membahas penyebab, dampaknya, serta bagaimana cara menanggulanginya.

Temperatur cuaca dari tahun 1860 - 200


Penyebab pemanasan global

Semakin bertumbuh dan berkembangnya aktivitas manusia, planet bumi mengalami pemanasan yang lebih cepat. Negara kita sendiri menyumbang gas rumah kaca terbesar yang berada pada urutan nomor 3 di dunia. Belum lagi polusi udara di kota-kota Indonesia semakin menambah deretan panjang pemanasan global. Berikut ini adalah beberapa penyebab dari pemanasan global yang perlu kita ketahui.

A. Efek rumah kaca

Kehidupan manusia di bumi semakin terancam sejak terjadinya pemanasan global. Hal ini tidak hanya menjadi masalah bagi bangsa Indonesia, tetapi juga seluruh masyarakat dunia. Perubahan iklim ini dapat menyebabkan terjadinya bencana alam seperti banjir, gempa bumi, angin puting beliung, dan lain sebagainya.

Untuk mengatasi dampak buruk dari pemanasan global tersebut, UNFCCC yang berafiliasi dengan PBB, mengadakan konferensi yang membicarakan soal pemanasan global di Bali beberapa waktu silam. Seorang pakar dari Indonesia, Emil Salim, menyebutkan terdapat 23 pulau tak berpenghuni di Indonesia akan tenggelam dalam jangka waktu 10 tahun terakhir. Gejala ini dapat terlihat karena permukaan laut semakin tinggi. Bukan hanya di Indonesia, juga di kepulauan Maladewa dan sekitarnya akan mengalami hal yang serupa dengan Indonesia jika pemanasan global berlangsung lama.

Dalam pertemuan tingkat dunia tersebut, sebenarnya penanganan pemanasan global bukanlah hal yang sulit untuk diatasi. Kesadaran manusia dalam menyelamatkan dan melestarikan hutan yang menjadi kunci penting dalam menanggulangi masalah tersebut. Pasalnya, hutan tidak sekadar menjadi paru-paru dunia, tetapi juga berperan mengurangi dan mengantisipasi pemanasan global. Ketidakseimbangan pada ekosistem hutan saat ini mengakibatkan ketebalan gas karbon menyelimuti seluruh bumi.

Pada titik ini, pemerintah haruslah serius menyelesaikan pembalakan liar di hutan yang tidak hanya melibatkan segelintir oknum, melainkan juga pembalakan yang dilakukan atas nama pengusaha-pengusaha besar.

Di samping menertibkan oknum-oknum pembalakan liar tersebut, pemerintah juga harus mencanangkan program reboisasi. Program penghijauan area hutan ini dapat dilakukan dengan menggandeng pemerintah daerah setempat.

B. Lapisan ozon semakin menipis

Lapisan ozon dalam beberapa dekade belakangan ini menunjukkan gejala semakin menipis dengan kerusakan pada lapisan stratosger. Padahal lapisan ozon ini berguna melindungi bumi dari radiasi ultraviolet. Membesarkan lubang ozon di wilayah kutub kini sudah sampai pada masa yang kritis.

Masyarakat di seluruh dunia harus disadarkan kembali mengingat lubang ozon yang semakin melebar ini dengan menghindari zat-zat yang merusak lapisan ozon. Beberapa zat-zat perusak ozon tersebut adalah freon dan CFC. Jika lapisan ozon semakin melebar, maka kehidupan manusia secara global akan terancam.

Kegunaan lapisan ozon adalah untuk menyerap radiasi ultraviolet dari sinar matahari ke permukaan bumi. Radiasi ultraviolet ini dapat menyebabkan kehancuran global, seperti mempengaruhi kesehatan manusia, merusak kehidupan biota laut, hutan, dan ekosistem secara global.

Untuk mengatasi lubang ozon yang semakin melebar, masyarakat dunia harus bekerja sama dengan melakukan efisiensi energi serta menggunakan energi terbarukan (renewable energy). Penggunaan energi terbarukan dapat menekan dan mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil.

C. Kerusakan hutan

Pada era globalisasi ketika dunia mengalami pertumbuhan ekonomi dan teknologi yang signifikan, kondisi hutan justru sebaliknya. Sejak tahun 1970-an, hutan-hutan di seluruh dunia menghadapi situasi yang kritis karena penebangan besar-besaran. Di negara kita, menurut pengamatan Forest Watch Indonesia, kerusakan hutan sepanjang 1985-1997 mencapai 2,2 juta hektare per tahun dengan penebangan liar, kebakaran hutan yang disengaja atau tak disengaja, perkebunan skala besar, serta kerusakan yang ditimbulkan HPH dan HTI.

Padahal hutan memberikan manfaat besar kepada manusia. Selain manfaat ekonomi, hutan juga berperan dalam menyerap dan mengubah karbondioksida menjadi oksigen yang amat diperlukan bagi makhluk hidup. Dengan demikian, luas hutan di Indonesia sektiar 144 juta hektare dapat menyerap emisi karbon tak sedikit dan pada akhirnya dapat mengurangi perubahan iklim dan pemanasan global.

Luas hutan Indonesia dibanding negara tetangga jauh lebih luas. Namun dalam periode 1985-1997, deforestasi yang terjadi di Indonesia justru paling besar, yakni 1,6 juta hektare per tahun dan kemudian meningkat menjadi 2,1 juta hektare per tahun pada periode 1997-2001. Deforestasi ini sudah jelas secara langsung mengancam kehidupan dan ekosistem yang terdapat di dalamnya serta ekosistem global secara tak langsung karena Indonesia menjadi negara paru-paru dunia terbesar.

Dampak pemanasan global

Temperatur bumi yang semakin meningkat akibat pemanasan global dapat menyebabkan terjadinya kerusakan-kerusakan. Di antaranya kerusakan paling nyata adalah ekosistem di laut jadi terganggu. Tak hanya di laut, di darat pun binatang-binatang tersebut akan mencari tempat habit yang baru. Selain itu, pola cuaca jadi tak menentu dan berdampak ekstrem, seperti banjir, musim kering yang panjang, angin kencang, dan badai besar. Bagi manusia sendiri dampak lanjutannya semakin tak terhitung, seperti penurunan hasil pangan karena produksi pertanian berkurang dan lain-lain. Berikut ini beberapa contoh dampak pemanasan global:

Dampak pemanasan global

  • Gangguan cuaca. Karena pemanasan global, gangguan cuaca ekstrem dapat sering terjadi di bumi dan merusak apa yang ada. Salah satunya adalah hujan besar yang menyebabkan banjir atau kekeringan parah di daerah-daerah tertentu.
  • Permukaan air laut naik. Pemanasan global dapat menyebkan es di kutub mencari dan menyebabkan peningkatan permukaan air laut. Wilayah-wilayah yang berdekatan dengan laut jadi sering mengalami kebanjiran, pulau-pulau tenggelam, banjir rob, dan lain-lain.
  • Ekosistem laut terganggu. Pemanasan global dapat menyebabkan permukaan laut menjadi lebih hangat sehingga mengganggu habitat tumbuhan dan binatang yang ada di dalamnya. Suhu laut yang panas juga dapat menyebarkan penyakit pada kehidupan makhluk hidup di laut.
  • Gangguan cuaca. Pemanasan global dapat menyebabkan pola hujan jadi tak teratur, sehingga dapat menimbulkan curah hujan yang besar dan menyebabkan banjir atau bahkan kekeringan karena tak turun hujan di beberapa tempat.
  • Ancaman kesehatan manusia. Ancaman terbesar pemanasan global bagi manusia adalah kanker kulit, malaria, dan kematian--jika cuaca sangat panas. Jika kekeringan meningkat bisa menimbulkan kelaparan dan kekurangan gizi.
  • Gagal panen. Pemanasan global dapat mengakibatkan kekeringan dan menyebabkan gagal panen. Di negara-negara tropis, angka panen bisa menurun drastis karena suhu yang sangat tinggi tersebut.

Cara menanggulangi pemanasan global

Untuk menanggulangi pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim secara ekstrem, penduduk bumi dapat melakukan beberapa hal berikut ini:

A. Pembangunan berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan merupakan program jangka panjang yang menjadi pekerjaan rumah setiap negara. Tujuannya untuk membangun kehidupan di bumi secara lebih baik untuk generasi saat ini serta generasi mendatang. Pembangunan berwawasan lingkungan dapat menjadi rujukan untuk meningkatkan mutu hidup dan lingkungan sekitar dari tindakan-tindakan yang merugikan.

B. Menjaga keanekaragaman hayati

Keanekaragaman hayati merupakan harta yang tak ternilai harganya untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa. Sebagai bangsa maritim dan agraris terbesar di dunia, kita harus mampu mengelola dan mengembangkan potensinya dengan menggunakan teknologi tepat guna.

Kekayaan sumber daya hayati ini tidak ada batasnya sebagaimana energi fosil, seperti matahari, air, dan angin. Energi hayati tersebut dapat membentuk lingkungan hidup dan ekosistem yang unik dan beraneka ragam di setiap negara. Kita harus memanfaatkan keanekaragaman hayati secara bijaksana. Dengan menjaganya, ekosistem dan kerusakan tidak akan terjadi.

C. Protokol Kyoto

Efek rumah kaca yang tak terkendali melahirkan Protokol Kyoto. Protokol ini telah disetujui oleh 48 negara yang bergerak dalam organisasi UNFCCC dan ditandatangani pada 11 Desember 1997. Protokol Kyoto mewajibkan negara yang tergabung dalam UNFCCC untuk mengakseptasi, meratifikasi, dan memberikan aksesi mengurangi emisi GHS minimal 5,5 persen.

D. Undang-Undang Lingkungan Hidup

Selain Protokol Kyoto, negara-negara di berbagai dunia memberlakukan upaya penegakan hukum dalam pengelolaan lingkungan hidup agar pembangunan berwawasan lingkungan menjadi bagian yang integral dalam aspek-aspek kebijakan negara. Dengan adanya undang-undang lingkungan hidup tersebut, setidaknya pelaku kerusakan lingkungan dapat ditindaklanjuti secara hukum.

Demikianlah pengertian pemanasan global beserta penyebab dan cara mengatasinya. Jika artikel bermanfaat, jangan lupa dibagikan ya.

Posting Komentar untuk "Pengertian Pemanasan Global: Penyebab, Dampak, dan Cara Menanggulanginya"